Counter

Sabtu, 08 Januari 2011

AS Kewalahan Tangkal Serangan Cyber

Pentagon membentuk satuan Komando Cyber untuk meladeni serangan cyber asing

ilustrasi cyber crime (issa-eg.org)
VIVAnews - Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengaku kewalahan menangkal banyaknya serbuan ke jaringan komputer pemerintah. Lebih dari 100 badan intelijen dan militer asing disinyalir rutin coba-coba menyusup jaringan komputer Departemen Pertahanan.

Demikian ungkap seorang pejabat Departemen Pertahanan, yang populer dengan sebutan Pentagon. Deputi Asisten Menteri Pertahanan bidang kebijakan, James Miller, mengungkapkan Pentagon kian mendapat gempuran hebat di dunia maya (cyber attack).

Dalam suatu artikel yang dimuat di laman Pentagon, Rabu 12 Mei 2010, Miller mengungkapkan bahwa Departemen Pertahanan kini dikenal punya ketergantungan besar atas teknologi informasi. Agen musuh, sindikat kriminal dan peretas (hacker) mencuri banyak terabyte informasi dari Departemen Pertahanan dan institusi pemerintah lain.

Selain pencurian informasi, ancaman cyber attack juga berupa sabotase akses jaringan, virus dan worm. "Selama satu dekade terakhir, kami telah menyaksikan meningkatnya penyusupan yang rutin dan rumit atas jaringan komputer kami. Jaringan yang kami miliki dipindai ribuan kali per jam," kata Miller.

Selain itu, menurut Miller, lebih dari 100 badan intelijen asing selalu berupaya menyusup ke sistem komputer Pentagon. Belum lagi sejumlah militer asing tengah mengembangkan kapabilitas teknologi komputer mereka.

"Sulit untuk langsung memberantas penyusup-penyusup itu. Pihak musuh akan meladeni Amerika Serikat dengan menggunakan perlengkapan yang murah dan asimetris," kata Miller.  

Pentagon sendiri kini memiliki 15.000 jaringan, dengan jutaan pengguna di 88 negara.  

Oleh karena itu, Miller menyerukan kepada pejabat teras pemerintah dan petinggi Pentagon untuk mulai merancang strategi yang lebih ampuh dalam menanggal serangan cyber.  

Maka, AS segera membentuk satuan Komando Cyber, yang akan bertugas di bawah Komando Strategis AS. Komando Cyber ini akan dipimpin oleh Keith Alexander, begitu dia menerima promosi ke bintang empat alias berpangkat jenderal.

Menurut laman The Wall Street Journal, lembaga baru itu khusus mengkoordinir pertahanan jaringan komputer sekaligus merancang operasi serangan cyber oleh AS.
• VIVAnews

Sumber http://teknologi.vivanews.com/news/read/150817-as_kewalahan_tangkal_serangan_cyber

Serangan Cyber Terbesar Sepanjang Sejarah

Perang cyber bukan suatu hal yang baru dan sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu.

VIVAnews - Seluruh dunia kini sangat tergantung dengan komputer. Segala sistem kini telah terkomputerisasi, mulai dari perbankan, perdagangan, perbelanjaan, telekomunikasi, maupun informasi. Ini membuat kita di seluruh dunia sangat rentan terhadap serangan cyber.

Oleh karenanya, perang cyber yang dipicu oleh tekanan dan penangkapan terhadap pendiri situs WikiLeaks cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, para hacker pendukung WikiLeaks kemudian membidik perusahaan-perusahaan penyedia layanan keuangan seperti PayPal, Mastercard, dan Visa, sehingga transaksi keuangan dan perdagangan online melalui layanan-layanan tersebut bisa terganggu.


Berikut ini, berbagai peristiwa cyber terbesar yang tercatat oleh sejarah, yang dicatat oleh situs Discovery.

1. Serangan Wor Stuxnet (2010).

Serangan worm Stuxnet banyak dipandang oleh para pakar sebagai salah satu serangan terbesar yang melibatkan kode program yang sangat kompleks.

Serangan worm ini memanfaatkan berbagai macam celah yang ada di sistem operasi Windows yang belum banyak diketahui, dan mengincar sistem industri yang mengendalikan berbagai perangkat mesin di instalasi pembangkt listrik maupun di pabrik-pabrik.

Tak salah bila banyak yang curiga bahwa worm ini didalangi oleh pihak yang besar, bahkan disponsori oleh  negara besar, dalalam hal ini adalah negara barat.

"Level serangan seperti ini hanya bisa dilakukan oleh pemerintahan sebuah negara, atau sebuah entitas yang didukung oleh pendanaan luar biasa," kata Paul Royal, pakar TI dari Georgia Institute of Technology.

Iran menjadi negara yang paling banyak tertular oleh worm ini, dan banyak yang curiga, pihak barat sengaja ingin melumpuhkan pembangkit nuklir Bushehr dengan worm ini.

2. Operasi Aurora (2009).

Pada 2009, sekitar 30 perusahaan besar termasuk Google dan Adobe Systems, dikabarkan benajdi korban serangan cyber yang sangat rumit. Para hacker berhasil mencuri properti intelektual dari perusahaan-perusahaan tadi dengan memanfaatkan celah keamanan pada browser Internet Explorer.

Vice President of Threat Research McAfee, Dmitri Alperovitch mengatakan bahwa ia menemukan kata 'Aurora' pada direktori file di komputer penyerang, saat melakukan pelacakan dari komputer yang telah terinfeksi. Dipercaya, hacker menamakan Aurora sebagai nama operasi ini.
 

"Pada kasus Aurora ini, mereka tidak menginginkan uang. Mereka mengincar repositori sistem proprietari  dan properti intelektual yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan serta kode sumber sistem yang merupakan hal yang terpenting dimiliki oleh perusahaan-perusahaan ini," kata Alperovitch.

Tak cuma orang-orang yang bekerja pada perusahaan multinasional yang harus berhati-hati dengan upaya intrusi ini, namun beberapa tokoh oposisi China juga diincar. Dari dokumen yang dibocorkan oleh Wikileaks, serangan ini diinstruksikan oleh seorang petinggi di pemerintahan China.

3. Sentral Komando AS (2008)

Pada 2008 Departemen Pertahanan AS, mendapat serangan. Sumbernya: sebuah USB flash drive yang tidak berwenang yang diselipkan ke salah satu laptop di sebuah markas militer AS di Timur Tengah.

Flash disk tersebut mengandung kode berbahaya yang dikembangkan oleh intelijen asing dan menyebar melalui sistem komputer Departemen Pertahanan AS dan menyebabkan data dikirim ke server asing.

Serangan militer lainnya yang dilakukan melalui media portabel adalah peristiwa penyalinan 250 ribu data  memo diplomatik AS dan video serangan heli Apache pasukan AS terhadap sekelompok sipil oleh Prajurit Satu Bradley Manning ke dalam CD Lady Gaga dari salah satu markas militer AS di Irak.

4. Georgia (2008)

Pada 2008 Rusia dan Georgia terlibat konflik di Ossetia Selatan. Serangan cyber melumpuhkan beberapa situs pemerintah Georgia dan situs-situs media lokal, setelah Georgia menyerang Ossetia Selatan. Ini merupakan serangan yang mirip dengan serangan ke Estonia pada 2007.

Serangan terhadap Georgia juga dilakukan menggunakan metoda Distributed Denial of Service. Siapapun dalang serangan ini sepertinya telah mengembangkan botnet, di mana masyarakat bisa mengunduhnya untuk membantu serangan terhadap situs-situs Georgia.

5. Estonia (2007)

Estonia menghadapi gelombang serangan cyber yang melanda segenap infrastruktur internet negara itu, mulai dari situs-situs pemerintahan, perbankan, hingga situs-situs surat kabar lokalnya.

Serangan ini terjadi bersamaan dengan perseteruan antara Estonia dan Rusia terkait dengan rencana pemindahan makam Tallinn oleh pemerintahan Estonia. Para analis media menyebut konflik ini sebagai perang cyber pertama. Namun, pihak Rusia sendiri membantah bahwa serangan-serangan terhadap Estonia dilancarkan oleh pemerintah Rusia.
• VIVAnews

Sumber http://teknologi.vivanews.com/news/read/193494-serangan-cyber-terbesar-sepanjang-sejarah

Estonia Mobilisasi Warga untuk Perang Cyber

Estonia merupakan negara demokratis pertama yang memiliki organisasi pertahanan cyber.

VIVAnews - Estonia kini tengah merekrut sekelompok pakar di bidang komputer untuk mempertahankan diri dari perang cyber.

Sekitar empat tahun lalu, pada Mei 2007, Estonia sempat dilanda serangan cyber yang diduga dilancarkan oleh Rusia. Hal itu dipicu oleh keputusan pemerintah Estonia memindahkan makam Talinn yang merupakan peninggalan pemerintahan Uni Soviet.

Padahal, Estonia merupakan salah satu negara yang paling tergantung dengan teknologi, dengan 80 persen dari penduduknya melakukan aktivitas perbankan online.

Setelah beberapa tahun lewat, Estonia memobilisasi sebuah organisasi bernama Cyber Defence League, yang terdiri dari sukarelawan yang beranggotakan para programmer, pakar komputer, dan software engineer.

"Liga ini berisi pada spesialis di bidang pertahanan cyber yang bekerja di sektor swasta maupun berbagai lembaga pemerintahan," ujar Menteri Pertahanan Estonia Jaak Aaviksoo, dikutip dari situs DailyMail.


Kekompakan yang melibatkan berbagai kalangan di Estonia ini, ternyata dilatar belakangi oleh beberapa pengalaman negara itu diduduki oleh negara lain, oleh tentara Soviet pada 1939, oleh Jerman pada 1931, dan Uni Soviet hingga 1991, saat Estonia menyatakan berpisah.
Menurut Aaviksoo, organisasi ini secara rutin bertemu di akhir pekan untuk membahas persiapan terhadap kemungkinan serangan cyber. Estonia kini menjadi satu-satunya negara demokratis yang memiliki pasukan pertahanan cyber semacam ini.


Para pejabat di Estonia sendiri memposisikan ancaman cyber sebagai hal yang sangat serius, sampai-sampai mereka berfikir untuk membuat draf peraturan untuk memastikan setiap komputer para pakar di negeri mereka cukup siap untuk menghadapi serangan cyber darurat. (hs)
• VIVAnews

Sumber http://teknologi.vivanews.com/news/read/198052-estonia-mobilisasi-warga-untuk-perang-cyber

Kamis, 06 Januari 2011

Astronom Siap Saksikan Lahirnya Galaksi Baru

Di antaranya, dari mana galaksi berasal dan bagaimana alam semesta terbentuk pada awalnya.

VIVAnews - Sebuah fasilitas teleskop sedang disiapkan untuk memantau ruang angkasa demi menyaksikan lahirnya galaksi ataupun bintang baru.

Cerro Chajnantor Atacama Telescope (CCAT), yaitu teleskop yang dibangun oleh astronom asal Cornell University, Amerika Serikat itu akan berlokasi di pegunungan Andes, Chile pada ketinggian 5.600 meter di atas permukaan laut.

Teleskop ini nantinya bisa digunakan oleh astronom dari seluruh dunia untuk memecahkan pertanyaan paling mendasar. Yakni, dari mana galaksi berasal dan bagaimana alam semesta terbentuk pada awalnya.

“Karbon di tubuh kita, silikon di komputer, perhiasan emas yang kita berikan pada pasangan, seluruhnya merupakan barang-barang yang diproduksi saat galaksi kita lahir,” kata Riccardo Giovanelli, profesor astronomi asal Cornell, dan ketua tim pengembang CCAT, seperti dikutip dari Space, Kamis 6 Januari 2011. “Hal-hal seperti inilah yang akan dieksplorasi menggunakan CCAT”.

Giovanelli menyebutkan, untuk dapat memahami proses pembentukan bahan-bahan yang dinikmati sekarang, perlu mengetahui bagaimana alam semesta terbentuk.

Teleskop CCAT itu akan memiliki diameter 25 meter dan menggunakan kamera serta spektrometer berukuran besar. Nantinya, teleskop akan dapat mensurvei langit dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang dalam satuan milimeter ataupun sub milimeter yang mampu memberikan kombinasi sensitivitas dan resolusi yang lebih luas.

Dengan kemampuan melakukan survei berskala besar terhadap langit, proyek ini juga akan melengkapi teleskop internasional Atacama Large Millimeter Array (ALMA) yang saat ini sudah mulai dibangun di kawasan yang sama, yakni gurun pasir Atacama, Chile.

Kedua fasilitas ini nantinya akan dapat bekerja secara bersama-sama. CCAT akan bertugas untuk menemukan sumber-sumber baru, sedangkan ALMA melakukan follow up dengan menghadirkan gambar-gambar yang lebih detail. (art)
• VIVAnews

Sumber http://teknologi.vivanews.com/news/read/197938-astronom-siap-saksikan-lahirnya-galaksi-baru